Profil Desa Tambaksogra

Ketahui informasi secara rinci Desa Tambaksogra mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Tambaksogra

Tentang Kami

Desa Tambaksogra di Kecamatan Sumbang, Banyumas, merupakan desa agraris yang memiliki potensi wisata alam tersembunyi, Curug Lawa. Dikenal dengan produksi gula kelapa dan pertanian padinya, desa ini memadukan kekuatan ekonomi lokal dengan pengembangan par

  • Potensi Wisata Alam Unggulan

    Desa Tambaksogra adalah rumah bagi Curug Lawa, sebuah air terjun eksotis yang menjadi daya tarik utama dan aset pariwisata paling potensial di wilayah Kecamatan Sumbang.

  • Basis Ekonomi Agraris yang Kuat

    Perekonomian desa ditopang oleh sektor pertanian padi yang subur dan industri rumahan gula kelapa, yang menjadi sumber penghidupan utama bagi mayoritas penduduk.

  • Pembangunan Infrastruktur Penunjang

    Pemerintah desa secara aktif memfokuskan pembangunan pada infrastruktur jalan dan akses menuju lokasi wisata serta area pertanian untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pariwisata.

Pasang Disini

Terletak di antara perbukitan hijau Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Desa Tambaksogra hadir sebagai sebuah wilayah yang menyimpan harmoni antara kehidupan agraris yang subur dan potensi pariwisata alam yang menjanjikan. Desa ini dikenal sebagai rumah bagi Curug Lawa, sebuah air terjun perawan yang menjadi magnet bagi para pencari keindahan tersembunyi. Dengan luas wilayah 154,64 hektare, Tambaksogra menjadi tempat tinggal bagi 4.326 jiwa, yang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dan industri gula kelapa, sambil menatap masa depan pariwisata yang cerah.

Berada pada posisi yang strategis, Desa Tambaksogra berbatasan langsung dengan Kelurahan Grendeng, Kecamatan Purwokerto Utara, di sebelah barat, menjadikannya salah satu gerbang pedesaan dari pusat kota Purwokerto. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Desa Karangturi, di sebelah timur dengan Desa Sumbang dan di sebelah selatan dengan Desa Karanggintung. Dengan kepadatan penduduk mencapai sekitar 2.797 jiwa per kilometer persegi, desa ini menunjukkan dinamika sosial yang aktif dalam lingkungan yang masih asri. Kode pos untuk wilayah Desa Tambaksogra adalah 53183.

Pemerintahan Desa dan Visi Pengembangan Pariwisata

Roda pemerintahan Desa Tambaksogra, di bawah kepemimpinan Kepala Desa, berjalan dengan visi untuk mengoptimalkan dua pilar utama: ketahanan pangan melalui pertanian dan pertumbuhan ekonomi melalui pariwisata. Pemerintah desa, yang didukung oleh jajaran perangkatnya, secara aktif mengelola program pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Struktur organisasi yang efisien, membawahi 2 Kepala Dusun, 7 Rukun Warga (RW), dan 36 Rukun Tetangga (RT), memastikan bahwa setiap kebijakan dapat diimplementasikan hingga ke tingkat akar rumput.

Salah satu fokus utama yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir adalah pembangunan infrastruktur yang menunjang aksesibilitas. Sadar akan potensi besar Curug Lawa, pemerintah desa secara bertahap membangun dan memperbaiki akses jalan menuju lokasi wisata tersebut. Proyek pengaspalan jalan dan pembangunan talud tidak hanya mempermudah mobilitas warga sehari-hari, tetapi juga dirancang untuk membuka gerbang bagi wisatawan. "Kami percaya bahwa dengan akses yang lebih baik, potensi Curug Lawa dapat kita kembangkan secara maksimal, yang pada akhirnya akan memberikan dampak ekonomi langsung kepada masyarakat," ujar seorang perwakilan pemerintah desa. Komitmen ini menunjukkan pandangan jauh ke depan, di mana pariwisata berbasis masyarakat (community-based tourism) menjadi tujuan akhir.

Curug Lawa: Permata Tersembunyi di Tambaksogra

Daya tarik utama dan identitas unik Desa Tambaksogra terletak pada keberadaan Curug Lawa. "Lawa" dalam bahasa Jawa berarti kelelawar, dinamakan demikian karena lokasinya yang berada di dekat sebuah gua yang konon menjadi sarang kelelawar. Air terjun ini menawarkan pemandangan eksotis dengan aliran air yang jatuh di antara tebing-tebing batu dan rimbunnya vegetasi hijau. Suasananya yang tenang dan alami menjadikannya destinasi sempurna untuk melepaskan penat dari hiruk pikuk perkotaan.

Meskipun memiliki keindahan yang luar biasa, Curug Lawa masih tergolong sebagai destinasi wisata rintisan. Akses menuju lokasi membutuhkan sedikit petualangan, melewati jalan setapak dan pematang sawah, yang justru menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang menyukai trekking dan keaslian alam. Pengelolaan Curug Lawa saat ini masih dilakukan secara swadaya oleh masyarakat sekitar dan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) desa.

Potensi pengembangannya sangat besar. Dengan pengelolaan yang lebih profesional, penambahan fasilitas pendukung yang ramah lingkungan seperti area parkir, toilet, dan gazebo, serta promosi yang lebih gencar, Curug Lawa berpotensi menjadi salah satu ikon wisata andalan Kabupaten Banyumas. Keberadaannya adalah aset tak ternilai yang dapat mengangkat nama Desa Tambaksogra ke panggung pariwisata yang lebih luas.

Kekuatan Ekonomi dari Sawah dan Pohon Kelapa

Di luar pesona wisatanya, nadi kehidupan ekonomi Desa Tambaksogra berdetak kencang di sektor pertanian. Lahan persawahan yang membentang luas merupakan tulang punggung utama, menghasilkan komoditas padi yang menjadi sumber pangan dan pendapatan bagi mayoritas warga. Sistem irigasi yang terkelola dengan baik memungkinkan para petani untuk bercocok tanam sepanjang tahun, menjaga stabilitas ekonomi desa.

Selain padi, komoditas unggulan lainnya adalah gula kelapa. Desa ini merupakan salah satu sentra produksi gula kelapa di Kecamatan Sumbang. Setiap pagi, para penderes nira (penyadap nira kelapa) memulai aktivitas mereka, yang kemudian dilanjutkan dengan proses memasak nira menjadi gula cetak di dapur-dapur rumah warga. Industri rumahan ini tidak hanya menjadi sumber pendapatan penting, tetapi juga merupakan warisan budaya dan keahlian yang dijaga turun-temurun. Gula kelapa dari Tambaksogra dikenal memiliki kualitas yang baik dan dipasarkan ke Pasar Sumbang serta berbagai daerah lainnya.

Semangat kewirausahaan juga mulai terlihat melalui munculnya berbagai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di bidang kuliner, kerajinan, dan jasa, yang turut memperkaya struktur ekonomi desa.

Kehidupan Sosial dan Budaya Masyarakat

Masyarakat Desa Tambaksogra hidup dalam tatanan sosial yang komunal dan agamis. Semangat gotong royong dan saling membantu masih menjadi bagian kuat dari kehidupan sehari-hari, terlihat dalam kegiatan kerja bakti, hajatan, maupun saat ada warga yang tertimpa musibah. Masjid dan musala tidak hanya berfungsi sebagai pusat ibadah, tetapi juga sebagai pusat interaksi sosial dan pendidikan keagamaan bagi masyarakat.

Secara budaya, masyarakat Tambaksogra masih memegang teguh tradisi dan kearifan lokal yang diwariskan oleh para leluhur. Asal-usul nama Tambaksogra sendiri diyakini berasal dari dua kata: tambak (yang bisa berarti kolam atau pematang sawah) dan sogra. Cerita tutur lokal mengaitkan nama ini dengan sejarah pembukaan lahan di masa lalu yang berkaitan dengan area perairan atau persawahan yang luas. Filosofi ini mencerminkan identitas desa sebagai wilayah agraris yang subur.

Menuju Desa Wisata Agraris yang Mandiri

Desa Tambaksogra berdiri di persimpangan jalan yang menarik. Di satu sisi, ia memiliki fondasi ekonomi yang kokoh dari sektor pertanian. Di sisi lain, ia menyimpan potensi pariwisata luar biasa melalui Curug Lawa yang menanti untuk dikembangkan secara optimal. Masa depan desa ini terletak pada kemampuannya untuk mensinergikan kedua potensi tersebut, menciptakan sebuah model "desa wisata agraris".

Tantangan ke depan adalah bagaimana mengembangkan pariwisata secara berkelanjutan tanpa merusak keaslian alam dan budaya lokal, serta memastikan bahwa manfaat ekonomi dari pariwisata dapat dirasakan secara merata oleh seluruh masyarakat. Dengan kepemimpinan yang visioner, partisipasi aktif masyarakat, dan dukungan dari pemerintah kabupaten, Desa Tambaksogra memiliki semua modal untuk bertransformasi menjadi destinasi unggulan yang sejahtera dan mandiri.